Jumat, 30 November 2012

BAB 10 AGAMA DAN MASYARAKAT


BAB 10

Agama dan Masyarakat

            Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para    tasauf.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normatif atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan. Karena latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingannya dapat tercermin atau tidak sama sekali. Karena itu kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan mencerminkan perbedaan jenis kebutuhaan keagamaan.
FUNGSI AGAMA
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka    normanya            pun      dikukuhkan     dengan            sanksi-sanksi  sakral.
Fungsi agama dibidang sosial adalah fungsi penentu, dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama.
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktifitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
Untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga ospek penting yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan sejauh mana fungsi lembaga dalam memelihara sistem, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu sistem dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya.
PERKEMBANGAN AGAMA
Agama di Indonesia diawali dari agama Hindu pada kerajaan Kutai Kartanegara. Pada masa tersebut terdapat berbagai prasasti yang mencerminkan pesatnya perkembangan agama Hindu tersebut.
Lalu Agama Budha masuk pada masa kerajaan Padjadjaran di Jawa. Masih terdapat bukti adanya prasasti ditambah dibangunnya Candi Borobudur pada kerajaan Mataram di Jawa Tengah.
Awal masuknya Agama Islam ditandai dengan adanya Wali Songo di Jawa. Kemudian terdapat kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak.
Kemudian Agama Kristen Protestan dan Katholik terjadi pada masa penjajahan. Mulai dari Portugis,       Inggris dan            Belanda.
Agama bersifat universal, permanen dan mengatur dalam kehidupan sehingga bila tidak memahami agama akan sukar memahami masyarakat. Kaitan agama dengan masyarakat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K.          Nottingham,    1954)
a. Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-Nilai Sakral
b. Masyarakat-Masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang
Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya “perubahan batin” atau kedalam beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar